ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Jakarta - Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud sejak beberapa waktu terakhir menghabiskan hari-harinya di Asia. Beberapa negara dikunjungi, mulai dari pertemuan kenegaraan hingga liburan.
Dari kunjungan itu, Raja Salman juga menyaksikan kesepakatan bisnis dengan beberapa negara. China, Indonesia dan Malaysia merupakan tiga negara yang mendapatkan nilai proyek yang cukup besar.
Berdasarkan dokumen detikFinance, Jumat (17/3/2017), kunjungan Salman ke China menghasilkan penandatanganan kerja sama senilai US$ 65 miliar atau setara Rp 864,5 triliun (kurs Rp 13.300/US$).
Ini juga termasuk nota kesepahaman (MoU) antara perusahaan raksasa Arab Saudi, Aramco dan perusahaan China Norinco untuk pembangunn kilang di China.
Selanjutnya SABIC (Saudi Basic Industries Corp) dan Sinopec, sepakat untuk pengembangan proyek petrokimia di China dan Arab Saudi.
Sementara itu dengan Malaysia, kedatangan Raja Salman melahirkan kesepakatan investasi US$ 7 miliar atau sekitar Rp 93 triliun.
Investasi ini dilakukan oleh BUMN perminyakan Arab Saudi, Saudi Aramco. Adapun investasi yang dikucurkan berupa proyek pembangunan kilang minyak yang dilakukan oleh Petronas.
Proyek kilang minyak ini berdiri di selatan Johor, dekat perbatasan dengan Singapura. Proyek ini dikenal dengan Refinery and Petrochemical Integrated Development Project, atau kilang minyak dan petrokimia yang terintegrasi
Indonesia juga mendapatkan bagian yang sama seperti Malaysia. Meski pemerintah Indonesia berharap bisa dapat investasi hingga US$ 25 miliar atau sekitar Rp 332 triliun (kurs Rp 13.300 per dolar AS) dari kunjungan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz. Realisasinya hanya sekitar US$ 7 miliar (Rp 93,3 triliun).
Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi sudah menandatangani 11 Memorandum of Understanding alias nota kesepahaman di berbagai bidang kemarin di Istana Bogor, Jawa Barat.
Salah satu yang nilainya paling besar adalah kerja sama antara PT Pertamina (Persero) dengan Saudi Aramco, BUMN Arab Saudi terkait Kilang Cilacap. Nilainya mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 80 triliun.
Selain itu ada MoU mengenai kontribusi pendanaan Saudi dengan pembiayaan proyek pembangunan antara Saudi Fund Development dan Pemerintah Republik Indonesia, nilainya US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,3 triliun.
sumber : detikfinance
0 Response to "Deal Rp 864 T di China, Malaysia dan RI Kalah Jauh"
Posting Komentar